Minggu, 22 Juli 2018

Time flies so fast

“Time will always flow. Everything will pass by. That might be why youth is beautiful. It shines, blindingly bright, for just an instant. But you can never go back to it." - Doekson Reply 1988



Source: Pinterest

Alasan mengapa Reply 1988 drama yang menyentuh bagi saya
Beberapa minggu ini saya sering termenung. Mengingat beberapa kejadian-kejadian masa lalu saya. Saya lahir tahun 1990. Dimana masa kecil saya hanya tahu bermain bersama teman-teman saya, membaca entah itu komik atau novel fantasi, dan televisi terutama serial kartun. Tidak ada gadget atau sosial media yang sepertinya hampir anak-anak kecil sekarang miliki. Setiap hari Minggu malam saya selalu mempersiapkan acara untuk hari Sabtu dan Minggu berikutnya. Saya baru menyadari masa kecil saya sangat menyenangkan.

1997-2008...
Permainan tradisional sering saya mainkan setiap hari Sabtu sore dan Minggu pagi bersama teman-teman sebaya saya. Sampai saya sering kena marah Bapak dan Ibu saya kalau Sabtu pulang malam karena keasikan main bersama tetangga saya. Gobaksodor (gimana ya ini nulisnya, bingung uga 😂), kasti, petak umpet, monopoli, halma, dakon (apa ya Bahasa Indonesianya), congklak, ular tangga, tebak-tebakan huruf, mainan kartu yang ada nama tokoh (entah itu tokoh kartun atau serial kesukaan Yoko, legenda ular putih, dan Kera Sakti). Permainan-permainan itu sudah bikin saya dan teman-teman saya bahagia. Sering saya dan teman sebaya saya bertengkar juga.tapi akur lagi tidak lama kemudian 😂. Dulu waktu masih duduk di Sekolah Dasar, menurut saya uang saku saya pas-pasan, sekitar 1000 sampai 2000. Uang saku saya, bukan untuk beli camilan tapi beli poster Sailormoon dan bongkar pasang. Kenapa menurut saya pas-pasan? Karena harga poster kartun 1000 - 1500 rupaih 😅
Yap! Saya sejak kecil gemar menabung, makanya menurut saya uang saya pas-pasan. Saya harus menyisakan uang saku saya untuk beli mainan dan nabung. Uang yang saya tabung itu untuk beli komik dan novel fantasi, eh jaman dulu namanya kumpulan cerpen bobo, yang kala itu menurut saya mahal sekali. Bapak saya pengertian sekali, beliau sering sekali nombokin kalau uang saya kurang beli buku cerita. 

Bapak saya yang menularkan kegemaran membaca saya dan adik-adik saya. Saya dan adik saya sering patungan juga membeli buku cerita. Yang paling sukai adalah waktu setelah selesai ujian sekolah dan liburan. Saya dan adik-adik saya diajak Bapak saya ke tempat persewaan buku. Waktu itu persewaan buku cerita menjamur bak kacang goreng. Ibu saya sangat keras kami tidak diperbolehkan membaca komik atau buku cerita ketika musim sekolah. Fokus kita jadi berantakan, kita tidak belajar dan hanya baca komik. Nah, ibu saya memperbolehkan ke tempat persewaan buku setelah liburan sekolah. Orangtua saya keras untuk masalah pendidikan. Saya dan adik-adik saya punya jadwal belajar dan tidur yang teratur Jam 9 malam tet semuanya harus sudah tidur dan menyiapkan keperluan sekolah esok. Saya agak "ndablek"-- bandel, sesekali saya tidak menyiapkan alat sekolah untuk besok. Paginya langsung dimarahi sama Ibu saya 😩. Saya dan adik-adik saya bangun mulai pukul 4 pagi. Saya ingat sekali, ibu saya selalu membangunkan kami kemudian kami menyuruh kami menjawab pertanyaan yang ada di buku latihan sekolah secara bergantian. Sambil tiduran karena masih ngantuk saya menjawab pertanyaan macam kuis. Kalau ingat masa itu saya jadi ketawa-ketiwi sendiri. 

Bertengkar dengan adik-adik saya?! Oh sering sampai sekarang malah. Tapi tidak separah dulu. Wah kalau dulu walaupun kita perempuan kalau bertengkar macam anak laki-laki. Sesekali muncul tendangan, tinju dan jambak rambut 😅. Brutal pokoknya! Padahal masalah sepele, cuma gara-gara siapa yang dulu baca majalah Bobo dan rebutan hadiah Bobo 😋. Sampai akhirnya Bapak saya turun tangan gulung koran. Apes! Pantat kita kena pukul gulungan koran, sakit banget. Kalau udah gitu Ibu saya mulai bertindak sebagai penengah. Emang kita dulu keterlaluan macem preman tawuran kalau lagi bertengkar. Kalau sekarang kita bertengkarnya adu argumen, kalau udah sama-sama alot, mending diem aja yah. Males dah komentari wkakakakaka. 

Saya sangat salut kepada orangtua saya. Mereka mengajarkan kami untuk disiplin pada diri sendiri dan merawat diri. Kami harus sikat gigi sebelum tidur. Pernah saya tidak menyikat gigi sebelum tidur, Bapak saya yang paling disiplin masalah ini langsung bertindak tegas. Saya diseret ke kamar mandi untuk pipis dan gosok gigi. Wajib! Dimarahi saya habis-habisan dan saya menangis. Sekarang saya mengambil hikmahnya. Alhamdulillah! Semenjak saya kecil sampai sekarang saya tidak pernah merasakan namanya sakit gigi karena berlubang atau tumbuh gigi baru. Gigi saya pun rapi karena orangtua sangat concern masalah ini. 
 
Source: Pinterest


Time goes so fast...
Saya merasakan itu. Ketika saya mengenang masa kecil, saya ingin mengulangi merasakan kebahagian masa kecil yang tanpa beban.
Kuliah 2008...
Saya termasuk nerd waktu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Saya lebih suka menghabiskan waktu membaca dan nonton film. Setiap weekend saya dan adik saya sering pergi ke rental video. Pokoknya dulu rental komik dan video bagai jamur. Saya dan keluarga saya memang hobi membaca dan menonton film. Kami suka sekali meonton kartun disney. Setiap hari Sabtu malam, kami nonton film kartun bersama sekeluarga 😁. Masih sama seperti aturannya, no komik sebelum ujian sekolah dan liburan. Tidur jam 9 malam dan bangun untuk belajar jam 4 pagi. Jujur diantara saya dan adik-adik saya, saya adalah orang paling malas bersosialisasi. Bahkan kalau saya malas sekali disuruh ikut bimbingan belajar waktu SMP karena saya merasa minder dengan kemampuan saya (sampai sekarang sih sebenarnya).
Kuliah adalah masa dimana saya mulai membuka diri. Saya mulai menjadi anak rantau, harus mandiri. Kuliah di salah satu institut terkenal di Surabaya membentuk pribadi saya yang mulanya malas berinteraksi dengan orang baru menjadi harus wajib kenal dengan teman seangkatan saya. Waktu itu jumlahnya satu angkatan 166 orang anak. Dalam hati saya dulu, gila suruh hapalin 166 orang anak dan harus kenal wajahnya. Pada akhirnya saya juga hapal. 
Jadi, dulu orientasi saya dan teman-teman saya adalah 1 tahun alias dua semester. Dalam 2 semester itu jangan dibayangkan kita kuliah pakai kaos atau jeans ya. Jauh dari imajinasi kita. Semua maba atau mahasiswa baru dilarang keras berada di sekitar kampus terutama jurusan memakai jeans dan kaos. Jadi kami diwajibkan memakai celana kain dan kemeja. Dulu kami ditugaskan membuat buku angkata, supaya kami mengenal teman angkatan kami dan memakai keplek dan pin. Tulisannya nama kami. Supaya ketika berpapasan dengan teman sengangkatan kami saling menyapa 😤. Bagi introvert seperti saya hal itu adalah bencana. Karena saya tidak suka disapa dan menyapa 😹.

Saya bertemu dengan sahabat-sahabat saya ketika kuliah. Di kampus ini saya benar-benar belajar banyak. Saya suka memperhatikan kebiasaan teman-teman saya, bertukar pikiran, mengerjakan tugas bersama, nongkrong bersama. Saya masih ingat bagi saya semester awal adalah berat bagi saya. Saya harus membagi waktu saya untuk tugas dan masa orientasi. Biasanya orientasi atau ospek waktunya tidak dapat diprediksi. Tahu-tahu Sabtu dan Minggu kami mendadak ada ospek. Yah gitu aja terus sampai hampir semester kedua berakhir. Dari sini saya mengenal sahabat saya. Kami memiliki hobi sama, jalan-jalan! 😅

Jangan negative thiking dulu yaaaa... Kami jalan-jalan setelah urusan kuliah kami selesaikan dulu. Kami rela begadang demi mengerjakan tugas dan belajar seperti orang gila ketika ada kuis dan ujian. Saya mengenal Fika dan Rintan ketika maba. Fika selalu sekolompok ketika ospek, walapun kelompok digonta-ganti kami selalu sekelompok. Kemudian Rintan, dia dulu sering ke kos Fika. Jadi, akhirnya kita saling kenal sampai sekarang. Sampai sekarang kami masih saling bercerita. Kami sering juga mencari warung murah ala mahasiswa untuk makan siang kami. Tempat favorit kami adalah Warung Emak di daerah Keputih Surabaya. Menu favorit kita adalah tempe tepung 2 biji, sayur, nasi putih separo (karena kalau full banyak banget, menu kuli pokoknya) sambal minumnya air putih biar hemat. Air putih disitu gratis soalnya. Harganya waktu itu sekitar 4000 rupiah. Murah meriah. Saking kita sering makan disitu yang jual hapal menu kita 😂. 
Pernah juga saya, Fika dan Rintan mencoba makan ditempat warung jorok sekitar kampus. Sebelumnya Fika yang tahu warung murah itu. Waktu pertama kali saya kesitu, saya berkata dalam hati kotor sekali tempatnya dan remang-remang gitu. Oke akhirnya saya makan dan dibawa pulang. Karena takut ada apa-apanya. Harganya standard seperti Warung Emak, tapi menurut saya rasanya lebih enak di Warung Emak. Kalau Fika mengajak makan disitu saya selalu menolak dengan alasan jorok. Dari Fika saya belajar jujur berkata kalau tidak suka ya bilang, supaya lega dan tidak salah paham. Fika dan Rintan tidak pernah memaksa saya. Pokoknya mereka terbaik. Suatu hari ketika Fika dan Rintan makan di warung jorok itu, di piring Rintan ada seekor kecoa mati. Rintan mengira kecoa itu adalah laos. Setelah hampir habis makanannya, Rintan menyadari kalau itu bukan laos tapi kecoa mati 😹. Langsung, mereka berdua kapok makan disitu lagi. Waktu itu untungnya saya tidak ikut makan. Saya terpingkal-pingkal mendengar cerita mereka. 

Waktu mengerjakan tugas akhir kami saling mendukung satu sama lain. Jika ada sesuatu yang kurang entah itu jilid atau tugas akhir kami yang belum diprint kami saling bantu. Ketika kami sidang tugas akhir pun kami juga saling support satu sama lain. Ada Firda, Defi dan Zaza menambah rasa syukur saya. Saya dipertemukan Allah dengan sahabat-sahabat terbaik saya. Sampai sekarang pun kami juga tetap jaga komunikasi. Saya merasa paling beruntung dipertemukan mereka. Masa kuliah saya menjadi bervariasi. 

If I can turn back my time...
Saya akan kembali ke masa kecil saya dan masa kuliah. Dimana, saya hidup penuh imajinasi masa kecil dan tanpa beban. Bertemu orang-orang yang berarti bagi saya. Saya ingin memperbaiki dan mengulang beberapa hal-hal yang tidak sempat saya lakukan. Seringkali, ketika saya melihat mahasiswa sekarang saya merasa iri.
Why...
Time go so fast...

***
Hug and kiss,
90's generation  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar