Senin, 23 Desember 2019

Being A Wife and A Mother's


Source: Pinterest

Well, sungguh Saya tidak pernah menyadari sekarang Saya menjadi seorang istri dan ibu dalam kurun waktu satu tahun. Kado terindah dari Allah SWT kepada Saya. Feeling blessed.

Jujur dulu Saya sempat berpikir Saya tidak akan menikah dalam hidup Saya. Karena, menurut Saya I can do anything by myself. I don't need a man. Bahkan sejak Saya kecil Saya tidak memiliki pernikahan impian seperti kebanyakan perempuan pada umumnya. Saya terlalu menikmati kehidupan Saya sendiri. Saya selalu memiliki planning dalam semua kegiatan yang Saya lakukan. Itulah mengapa Saya terlalu menikmati kehidupan Saya. Apalagi, Saya tidak menyukai sesuatu unpredictable. But, we're human. Tuhan yang menentukan segalanya.


Ketika Saya menjadi mahasiswa exchange, Saya baru menyadari, oh Saya tidak boleh seperti ini terus. Saya harus percaya something unpredictable even the worst or the best event. We can't control. Just let it flow and calm down. We just try "do the best". God knows! Then God will lead your path.
Perlahan mengubah prespektif Saya tentang hidup. Namun, tidak pernah terbesit dalam pikiran Saya untuk segera menikah.

Menurut Saya (sampai sekarang) menikah bukan tentang berapa tua usia mu. Namun, menikah itu butuh kesiapan mental. Kalau ditanya orang, lalu sampai kapan kalian akan siap? Sampai saat kalian benar-benar merasakan "this is the time". Akan muncul dengan sendirinya. Ketika beberapa orang mengkampanyekan menikah muda, Saya hanya mengeryitkan dahi dan (pikiran Saya selalu sibuk dengan perdebatan tentang ini) jujur Saya tidak setuju.

Pahami dulu apa arti pernikahan dan menjadi seorang istri. Sungguh, dulu Saya sendiri memikirkan betapa beratnya menjadi seorang istri, tanggungjawabnya tidak hanya kepada diri sendiri tapi juga kepada suami dan anak-anak kita. Masih banyak hal yang harus Saya lakukan Saya masih belum siap bertangungjawab kepada banyak orang.
Saya selalu menasehati adik-adik Saya, junior Saya yang belum menikah, jangan terburu-terburu. Do what you love. Menikah bukan karena usia atau desakan orang sekitar kita atau social behavior. Bukan berarti Saya melarang menikah muda. Hanya saja kalau belum siap dengan semuanya jangan dilakukan. Karena akan menyakiti diri sendiri atau pendamping kita kelak.

Suatu saat Saya "this is the time". Saat itu yang sekarang menjadi suami Saya menawarkan sesuatu yang membuat Saya yakin, Saya masih bisa melakukan apa yang Saya inginkan nanti ketika Saya menikah. Dan jujur Saya juga takut ketika Saya mengambil sebuah keputusan besar dalam hidup Saya. Mampukah Saya? Pertanyaan itu selalu berkelebat dalam pikiran Saya dan perdebatan dengan diri Saya sendiri (maklum Saya seorang INFJ hahaha).

Seiring berjalannya waktu Saya belajar banyak hal. Saya akui menjadi seorang istri itu benar-benar tanggungjawab besar. Saya harus menyampingkan ego Saya (dulu Saya selalu mengutamakan diri Saya sendiri terlebih dahulu 😁) tapi sekarang Saya sudah tidak bisa begitu lagi. Dulu Saya kemana-mana suka masa bodo dan sendirian sekarang tidak bisa lagi. Namun, semua itu patut disyukuri.
Alhamdulillah genap satu bulan Saya menikah, Allah mempercayai Saya untuk menjalankan amanah. Amanah besar.

Saya dan suami memberi panggilan Baby Ming kepanjangan dari Minguk 😁. Saking Saya dulu kepingin punya anak seperti Song Triplets, Song Minguk. Saya menjaga benar-benar amanah besar ini. Alhamdulillah, rejeki itu bukan hanya berupa harta. Namun, memiliki sahabat dan orang-orang baik adalah rejeki yang diberikan Tuhan pass Kita. Orang-orang disekitar Saya selalu memberikan positive vibes. Mereka bilang Saya harus kuat. Saya harus selalu berpikiran positif supaya anak Saya sehat. Dan itu benar. Ketika seorang wanita hamil itu Kita benar-benar harus berpikiran positif supaya mood kita dan calon anak kita tidak stress.

Apakah 9 bulan itu Saya tidak stress? Tentu sahaja tidak. Banyak hal yang terjadi 9 bulan itu ada kalanya sedih dan ada kalanya bahagia. Jujur ketika mendekati masa kelahiran anak Saya, Saya sering menangis sendiri. Dan muncul banyak ketakutan dalam diri Saya. Mampukah Saya mengemban amanah dari Allah? Mampukah Saya menjadi ibu yang baik bagi anak Saya kelak nanti? Dan masih banyak lagi. Jujur dulu Saya sangat suka menyendiri, namun ketika masa kehamilan Saya benci sendiri dan kesepian. Rasanya ingin menangis terus. Sehingga, Saya selalu mencari kesibukan. Yaaa! Saya menyibukkan diri dengan belajar dan mengajar lebih banyak. Saya habiskan waktu Saya di kampus sampai sore sembari menunggu suami Saya pulang kerja.

Alhamdulillah, Baby Ming telah hadir ke dalam dunia Saya dan suami. Ketika pertama kali mendengar suara tangis pertama di dunia rasa sakit yang Saya rasakan selama 9 bulan hilang seketika. Saya menangis. Sesuatu yang harus jaga baik-baik. Sekitika Saya merasa berdosa kepada ibu Saya, karena selama ini Saya memiliki banyak salah. Saya baru tahu ternyata menjadi seorang ibu itu penuh dengan tanggung jawab.
Saya memang tidak sempurna menjadi ibu baginya. Tapi Saya akan berusaha terbaik bagi Baby Ming. Banyak hal yang harus Saya pelajari sebagai seorang ibu. Belum genap satu bulan sejak Baby Ming lahir, Saya sudah belajar banyak hal. Yaa, Kita tidak bisa menyamakan cara mendidik anak kita dengan anak orang lain. Karena, mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Tiap manusia unik.

Selamat datang anakku. Terimakasih telah memilih Saya sebagai ibu yang harus banyak belajar lagi darimu. Bimbing ibu terus supaya kelak ibu bisa menjadi ibu terbaik bagimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar