Satu bulan lalu,
Saya terkena insomnia, yaaa seorang saya yang dulu hobi tidur terkena insomnia. Selama hampir seminggu saya tida bisa tidur sama sekali. Pagi terasa mengantuk tapi otak saya terus berputar. Kepala saya terasa penuh dan emosi saya meledak-ledak.
Setelah saya mengurai benang merah apa yang menyebabkan saya seperti ini adalah saya memikirkan time flies so fast. Saya baru tersadar akhir-akhir ini kalau menurut saya 24 jam serasa kurang buat saya. Banyak sekali agenda yang berseliweran di kepala saya. Tidak hanya agenda harian bahkan mimpi dan masa depan saya terus berseliweran. Takut kehilangan, takut mimpi-mimpi saya hilang, takut saya ternyata sudah kepala 3. Bagaimana saya bisa menghadapi nanti?
Ketika saya melihat anak saya tertidur saya membatin. Masya Allah wow! Amazing! One year passed! Dia sudah segede ini. Rasa-rasanya baru kemarin dia baru lahir dari rahim saya. Masya Allah! Beberapa tahun lagi dia sudah masuk taman kanak-kanak, sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas. Wow! Saya benar-benar tidak menyangka secepat itu. Pernah membaca sebuah kajian jika manusia hidup di dunia hanya 1,5 jam di akhirat. Bagaimana? Terbayangkan ketika kalian sedang ujian terus waktu benar-benar cepat sekali berlalu.
Lalu,
Tahun ini usia saya akan menuju usia 31 tahun. Saya merasa belum melakukan yang terbaik bagi diri saya sendiri. Yhaaa itulah salah satu kelemahan saya! Saya overthinking terhadap semua hal. Orang lain menyebutnya idealis. Tapi saya bukan tipikal itu, saya hanya mengusahakan apa yang terbaik buat orang sekitar saya dan diri saya. Sehingga tidak banyak penyesalan yang saya sesalkan kelak. Harusnya seperti ini harusnya seperti itu.
Thirty one year old,
Bagi saya memori yang saya punya sangat berharga. Makanya ketika saya melihat drama Reply series ketika jaman kuliah dulu relate dengan kehidupan saya. Saya sangat senang mengingat tentang masa lalu apalagi sesuatu yang menyenangkan. Bagi saya memori itu sangat indah. Walaupun ada beberapa memori yang menyakitkan bagi saya, saya berusaha mengambil hikmah dari memori yang menyedihkan. Mungkin kalau dijadikan bab per buku akan banyak sekali pelajaran yang berharga bagi saya. Terutama bagian yang menyedihkan. Itu mendewasalan saya dalam mengambil keputusan sekarang ini. Sedangkan, memori yang menyenangkan itu akan selalu menjadi bahan guyonan dan membuat saya semangat. Apalagi ketika saya terkenang almarhumah nenek saya (jadi sedihkan).
Dulu waktu saya kecil menurut saya rumah nenek saya luas sekali. Ketika lebaran tiba, semua saudara kumpul jadi satu bikin kue yang ibuk-ibuk yang anak-anak main. Kaaan jadi sedih. Kalau waktu kecil saya dulu 31 tahun itu masih lama. Nah, ketika flashback memori itu ya ampun cepat sekali ya umur 31 itu.
Kemudian mimpi saya yang mungkin saya sama sekali tidak saya duga. Datang juga dengan tiba-tiba dan seriously itu membuat saya lebih dewasa dalam memandang orang lain. Yhaaa saya mendapat beasiswa yang mungkin tidak pernah saya duga sebelumnya. Saya bisa menikmati salju yang selalu saya lihat dalam film atau komik. Tentu saja tidak semua hal yang saya alami ketika mendapatkan beasiswa itu hal-hal yang menyenangkan. Bahkan ada kalanya saya menangis dan benar-benar kesulitan. Tapi saya selalu ingat jika Allah SWT tidak pernah memberikan cobaan di luar kendali kita. Itu yang membuat saya kuat di Eropa Utara, sendirian, jauh dari saudara dipaksa oleh keadaan. Ternyata itu ya rahasia yang diberikan oleh pencipta pada kita.
Setelah mengurai benang ruwet di usia saya,
Teman saya menyarankan untuk sedikit piknik atau belanja sesuatu yang tidak penting namun menggembirakan 😆. Mungkin beberapa agenda dan mimpi saya tertunda untuk saat ini. Nikmati saja sekarang karena ketika nanti di usia kepala empat kita akan menyimpan memori itu dan pasti kita bisa mengambil sesuatu yang menurut kita berharga kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar