Jumat, 09 Juli 2021

Cerita Isolasi Mandiri (Positif Covid 19) dengan Balita 18 Bulan

Assalamualaikum,

Terkadang kita lupa bersyukur nikmatnya diberi kesehatan. Diberi indra penciuman dan indra pengecap yang sempurna oleh Allah SWT. Yang Maha Kuasa menciptakan sesuatu sungguh dipikirkan dengan detail.

Ya saya sekeluarga positif C-19, pertahanan saya runtuh. Bagi yang mengenal saya pasti kenal betul Saya selalu mematuhi protokol kesehatan. Saya bahkan membawa sabun cuci tangan kemana pun saya pergi. Tidak memegang makanan sebelum cuci tangan. Pantang bagi saya. Saya juga selalu mandi ketika habis keluar kemana pun saya pergi. Baik itu dari pasar, supermarket, kampus dan tempat manapun.

Mungkin ini karena saya lalai sehingga kami sekeluarga akhirnya positif C-19. Jujur virus ini menyerang mental saya. Saya masih punya anak balita berusia 18 bulan, yang paling membuat Saya stress adalah saat ini banyak sekali pasien anak-anak. Saya sangat takut sekali. Suami dan keluarga besar saya yang menguatkan saya. Ibu saya di rumah mendoakan saya dan beliau puasa untuk kesembuhan kami sekeluarga. Alhamdulillah saat itu bapak saya sedang cuti mengasuh anak saya. Saat itu bapak saya pulang ke rumah saya yang ada di Kediri. 

Awal mula saya terinfeksi adalah saya dan rekan-rekan kerja saya melakukan pengabdian sebagai agenda tahunan sebagai dosen. Lokasi pengabdian di daerah Tumpuk Renteng atau dikenal dengan Turen Kabupaten Malang. Saya sebenarnya tidak berniat ikut mengingat bapak saya cuti mengasuh anak saya. Entah, mungkin firasat juga ya. Namun, karena tidak enak dengan rekan saya dan karena rekan saya tidak ada yang bisa menyetir mobil sayalah yang menyetir mobil. Saya meminta suami ijin satu hari untuk gantian menjaga.

Banyak yang bilang kalau kena virus ini jangan menyalahkan siapapun. Tapi ego saya sampai saat ini tidak bisa memaafkan penyebab kami semua terinfeksi. Berawal dari salah satu rekan saya yang menjadi tuan rumah. Sebelumnya dia bilang kepada kami kalau keluarganya sedang tidak enak badan, batuk-batuk belum sembuh. Makin parah dan salah satu rekan saya menawarkan untuk menunda acara tersebut sampai semuanya sehat. Namun, rupaya dia tidak bersedia. Sayapun sebenarnya menyarankan untuk menunda karena masifnya Varian Delta ini. Namun, sepertinya karena sudah terlanjur membuat janji kepada instansi terkait tidak dapat dibatalkan.

Tanggal pengabdian yang saya lakukan bersama rekan saya adalah Senin, 21 Juni 2021. Kami menyewa mobil Suzuki Ertiga pergi ke Turen. Satu mobil awalnya 6 orang, nanti akan menambah personal tuan rumah alias ibu yang tahu tempat tujuan instasi terkait sehingga jumlahnya 7 orang. Dari 6 orang hanya satu yang belum divaksin. 

Di mobil ibu yang menjadi tuan rumah berkata kepada salah satu teman saya yang belum divaksin. "Sebenarnya hari ini Saya tidak enak badan batuk dan pilek." Saya baru mengetahui ketika teman saya bercerita terkait hal ini. 

Kami pun sempat makan di rumah ibu tersebut. Sholat dan silaturahmi sebentar. Saya juga menyesalkan diri Saya waktu itu, biasanya saya selalu membawa mukena kemanapun Saya pergi. Tapi, entah kenapa tidak pada hari itu saya tidak membawa. Awalnya teman saya curiga kok bau karbol di rumah ibu itu. Saya positive thinking saja karena saya di rumah ngepel juga pakai karbol.

Setelah, makan siang kami pergi ke instansi terkait. Ibu itu duduk di sebelah saya. Saya tetap pakai masker. Bahkan saat itu saya sudah dobel masker. 

Setelah acara dari instansi terkait si ibu itu mengajak kami makan bakso solo. Saya cukup was was saat itu. Saya melirik tukang baksonya tidak memakai masker dan saat itu warung cukup ramai tanpa physical distancing. Padahal sebelumnya jika kami pergi makan bersama jaraknya tidak semengerikan itu. Jujur Saya lalai. Dalam hati Saya gak usah makan aja ya. Tapi gak enak juga sama teman-teman yang lain. Akhirnya kebodohan saya makan mengikuti teman-teman saya.

Kemudian kami pulang. Kami menuju Malang Kota sore harinya selepas sholat Ashar. Oiya ketika sholat salah satu teman Saya minta masker karena maskernya talinya lepas. Kata si ibu itu bilang, "Halah Pak disini gak ada Corona. " Cukup berani si ibu itu bilangnya. Taunya sumber masalah ada di dia.

Ketika kami pulang dari rumah si ibu hari juga hujan. Cuaca tidak mendukung. Pulang ke rumah hujan deras.

Gejala Hari ke-1: Rabu, 23 Juni 2021

Sampai di rumah seperti biasa saya bersih2, mandi, lalu menggendong anak Saya seperti biasa. Hari Rabu, 23 Juni 2021 kok rasanya badan itu meriang ya. Pikiran saya mungkin kecapekan kemarin Senin pulang malam. Agak cekot-cekot juga daerah kaki.

Hari ke-2 : Kamis, 24 Juni 2021

Kepala rasanya pusing sekali dan nyeri di bagian kaki (Saya masih positive thinking karena Saya driver). Pusing kepala sampai rasanya diajak main sama anak Saya tidak kuat. Bawaannya ingin tiduran aja. Malamnya saya minta tolong suami untuk memijat bagian kaki saya. Malam itu, saya tidur memakai selimut tebal padahal suami saya merasa gerah. Badan Saya pun juga meriang. Saya meminta suami untuk ijin supaya tidak masuk kerja karena Saya tidak kuat dengan pusing. Nafsu makan berkurang karena terasa pahit di lidah.

Hari ke-3 : Jumat, 25 Juni 2021

Pusing masih ada dan sampai Saya tidak kuat untuk berdiri. Lalu, tiba-tiba Saya pilek dan batuk. Tapi saat itu batuknya tidak parah hanya sesekali muncul. Malamnya anak Saya rewel sekali. Tidurnya tidak bisa nyenyak. Bahkan saya harus hadap kanan terus tidak bisa bergerak sama sekali karena dia seperti gelisah tidurnya. Badannya pun agak demam. Termometer saya saat itu rusak karena dibanting-banting anak saya. Jadi, saya membeli lagi setelah pusing saya agak reda.

Di hari ketiga ini saya belum bisa buang air besar. Padahal saya selalu rutin buang air besar setiap pagi. Minimal sekali sehari.

Hari ke-4 : Sabtu, 26 Juni 2021

Anak saya agak demam dan kadang bersin serta batuk. Namun, jarang-jarang. Anak Saya rutin Saya beri vitamin D3 sebelum kejadian ini dan ketika badannya agak demam saya beri dia parasetamol. Saya pakai sanmol saat itu. Waktu itu saya juga menyemprotkan Respimer ke hidungnya supaya bersih. Jujur pilek dan batuk sangat tidak Saya sukai jika menyerang anak saya karena rewelnya minta ampun dan lihat dia kesakitan saya tidak tega.


Hari ini juga Saya masih merasakan pusing tapi tidak terlalu parah seperti hari ke-2 dan ke-3. Tapi hidung Saya mampet. Seumur-umur Saya baru merasakan hidung mampet parah. Biasanya tidak pernah seperti itu karena Saya masih bisa mencium bau walaupun bapil. Tapi saat itu tidak sama sekali. Dibarengi malamnya batuk-batuk kecil. Saya juga masih belum bisa bab.

Ketika malam pun anak Saya juga masih gelisah dan badan hangat. Masih rutin Saya beri vitamin D3, vitamin C dan Zinc saya beli di Kimia Farma bisa pakai imunped juga di apotik juga tersedia, sanmol dan Respimer tetap. Respimer saya berikan 2-3 kali sehari. Sanmol saya beri ketika badannya demam saja.

Sambil saya memantau kadar oksigen Saya, suami dan anak Saya. Alhamdulillah masih normal. Termometer saya rusak ketika itu sehingga saya tidak bisa memantau berapa suhu keluarga saya. Namun, saya mencari termometer. Harganya saat itu masih tergolong terjangkau karena banyak sekali di market place mereka menaikkan harga gila-gilaan.

Hari ke-5 : Minggu, 27 Juni 2021

Semua indra perasa dan penciuman hilang total. Hanya bisa merasakan asin, manis dan pedas. Saya tidak bisa merasakan apapun selain itu atau bau. Bahkan bau karbol yang Saya sukaipun tidak bisa saya cium. Saya juga masih belum bisa bab.

Saya menangis pada hari itu. Takut sekali. Saya bingung harus bagaimana. Saya bilang ke suami besok harus memastikan apakah benar-benar positif C-19. Teman-teman saya di grup saya beritahu niatan saya karena mereka juga mengalami gejala yang sama. Tapi mereka semua denial. Mereka masih belum percaya kalau mereka positif. Baiklah saya tidak menunggu mereka. Karena tiap orang punya prioritas sendiri. 

Kalau Saya ketika Saya tahu diagnosisnya saya akan melakukan tindakannya selanjutnya yaitu pergi ke balai kesehatan supaya ada treatment. Kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya jika tidak pergi dan mendapatkan treatment yang tepat. Saya tidak mau self diagnosed karena saya masih punya anak dan suami. Selain itu kami hidup jauh dari keluarga dekat. Kami harus saling menguatkan.

Hari ke-6: Senin, 28 Juni 2021

Indra penciuman dan perasa masih belum bisa merasakan apapun. Saya memutuskan swab di laboratorium dekat tempat tinggal Saya. Saat itu antrian cukup ramai dan Saya tidak kuat berdiri. Saya duduk diam sambil memegang kepala saya yang saat itu terasa nyut nyutan. Hasilnya akan keluar 1.5jam. Bagi saya cukup lama karena saya bayar 300.000 IDR dan hasilnya sangat lama. Berbeda di tempat biasa Saya swab. Mungkin lab itu terkenal juga. Saya sudah bisa bab namun keras.

Sambil menunggu hasil swab saya berbelanja buah-buah dan suplai makanan kalau-kalau memang Saya C-19 (tapi Saya saat itu yakin juga kalau memang Saya terinfeksi mengingat ciri-cirinya yang sama). Saya menghindari kontak dengan orang lain semaksimal mungkin. Takut mereka tertular. Saya cepat mengambil kebutuhan yang Saya butuhkan seperti telur, buah, yogurt dan sayuran.

Kemudian 1.5 jam kemudian hasilnya keluar. Saya sudah bisa menebak hasilnya. Tentu saja positif. Saya sedih sekali. Ingin menangis di tempat itu. Pikiran saya sudah kemana-kemana. Memikirkan suami dan anak Saya saat itu. Saya cepat-cepat kembali ke rumah.

Saya mengabari keluarga saya. Alhamdulillah saya diberi keluarga dan teman-teman yang baik sekali. Saya sangat bersyukur. Benar sekali rejeki tidak melulu tentang uang. Saya diberi teman-teman dan keluarga yang memperhatikan kami ketika sakit. Teman-teman kuliah Saya mengirim makanan, madu, alat kesehatan. Keluarga Saya mengirim masker, susu, dan suplai makanan. Karena disini kami tinggal dengan tetangga yang sangat independen.

Setelah Saya tahu positif Saya diberikan resep oleh kakak sepupu saya yang seorang apoteker vitamin dan obat-obatan untuk Saya dan suami serta anak saya. Untuk anak Saya pengobatannya sudah tepat. Saya diminta untuk menyusui sesering mungkin. Diberi respimer sehari 3 kali dan vitamin. Alhamdulillah anak saya pada hari itu aktif sekali berbeda di dua Hari sebelumnya tapi durasi tidurnya lebih lama. Suami dan Saya mengkonsumsi vitamin D3 dan C saat itu. 

Setelah tahu hasil swab antigen saya positif kami berdiskusi bagaimana langkah selanjutnya. Karena saat itu suami bilang jika badannya sedikit meriang. Akhirnya besok Saya berencana ke puskesmas terdekat untuk penanganan lanjutan.

Hari ke-7: Selasa, 29 Juni 2021

Saya pergi ke puskesmas terdekat. Namun, Saya tidak menemukannya. Saya akhirnya pergi ke puskesmas lain dan tutup puskesmas terdekat kedua dari tempat saya. Saya bingung karena saat itu saya sebenarnya tidak kuat menyetir lama-lama. Badan Saya sedikit meriang. Saya tetap mencari tahu puskesmas yang bisa mentreatment kami sekeluarga karena ada balitanya.

Akhirnya Saya menemukan puskesmas di wilayah dekat tempat tinggal Saya. Saya disuruh mengirimkan KK, KTP suami dan Saya dan besoknya Saya diminta kembali untuk dilakukan swab antigen lagi untuk Saya, suami, dan anak Saya. Besok jam 10.00 WIB Saya diminta datang. Alhamdulillah akhirnya kami tau apa yang kami lakukan.

Saya melatih indra penciuman dan perasa dengan cara menghirup uap air panas dan minyak kayu putih. Kemudian inhaler merek Plossa yang rasa minyak kayu putih kiriman dari teman Saya. Saya berlatih sejak hari Minggu.

Hari ke-8: Rabu, 30 Juni 2021

Kepala Saya masih sering pusing dan juga Indra perasa dan penciuman juga masih belum pulih. Antrian di Puskesmas sangat ramai. Saya tidak berani duduk saking ramainya. Anak Saya juga semakin tidak terkendali. Tidak mau digendong, maunya turun dan lari-lari. Jangan tanya seperti apa perasaan saya waktu itu. Ditambah suami dan saya mulai merasa sakit semua badan. Kami baru dilayani pukul 12.00 WIB. Hasilnya keluar 1 jam kemudian. Anak Saya tidak jadi diswab antigen atas rekomendasi dokter karena kasihan masih 18 bulan begitu katanya. Ketika menunggu hasilnya tentu saja anak Saya sudah mulai rewel dan bosan. Ditambah lagi Saya dan suami sudah lemas. 

Mungkin karena petugas puskesmas tahu anak Saya rewel hasil pemeriksaan swab antigen kami dipercepat. Tidak sampai 1 jam hasilnya keluar. Dan benar suami juga positif. Kemudian kami diberi obat serta vitamin dan obat kumur. Saya diberi obat mual karena ada mual.

Hari ke-9: Kamis, 1 Juli 2021

Tiba-tiba saja Saya bisa mencium bau minyak telon anak saya. Tapi hanya sekilas. Begitupula bau minyak kayuputih. Tapi baunya belum kuat hanya sekilas saja. Saat itu suami masih bisa mencium bau tapi lama kelamaan kok baunya makin hilang. Malamnya dia tidak bisa mencium bau sama sekali. 

Sambil kami meminum vitamin yang diberikan oleh puskesmas, rumah Saya semprot dengan disinfektan, baju, seprei Saya cuci dengan Dettol. Mesin cuci Saya bersihkan dengan bayclin. Kamar Mandi Saya sikat dengan karbol dan sata sikat WC. Saya ganti spons cuci piring kami. Sebelum digunakan kami sterilkan dulu dengan air panas. Besrsyur saya punya UV sterilizer untuk alat makan anak saya.

Saya bertanya kabar teman-teman satu tim saya. Paling menyebalkan adalah ibu yang menyebarkan virus itu. Dia dengan PDnya bilang swab antigen negatif. Tapi Saya tidak percaya entah mungkin karena feeling Saya atau apa. Kenapa dia PD sekali tidak terkena tapi dia tahu anaknya digitung isolasi mandiri 12 hari dan dia 10 hari. Kemudian meminta dokter untuk meresepkan antibiotik untuk Covid!!! Mungkin dikira Saya dan teman-teman Saya masih SD dikibulin dengan hal seperti itu. 

Emosi?! Pastilaaah ternyata dia memang yang menyebarkan virus ini. Selain itu dia sering sekali melanggar protokol kesehatan. Panas saja ketika Saya ajak vaksin ibu itu tidak mau. Rupaya masih isolasi mandiri. Alasannya waktu itu masih belum mau nanti-nanti saja istiqarah dulu. 

Paling kasihan adalah teman Saya yang belum vaksin. Kata istrinya kondisi suaminya saat itu mengkhawatirkan. Lemas tidak bisa makan. 

Saturasi oksigen kami dan suhu kami Alhamdulillah masih normal. Suami masih meriang tapi Alhamdulillah tidak pusing dan tidak nyeri.

Hari ke-10: Jumat, 2 Juli 2021

Alhamdulillah indra penciuman dan perasa Saya kembali namun belum sepenuhnya. Lama kelamaan bisa memncium dan merasakan. Siang itu Saya mendapatkan telepon dari puskesmas kalau mau bersedia ikut isolasi mandiri di RS Lapangan Ijen. Saya bilang masih belum perlu. Orang dari puskesmas bilang oke. Kalau ada apa-apa bisa menghubungi puskesmas. 

Total indra penciuman dan perasa saya mulai bisa digunakan hari ke-5 pasca badan meriang.

Suami masih belum bisa menggunakan indra penciuman dan perasa. Anak Saya Alhamdulillah masih aktif dan jam tidurnya kembali normal. Masih Saya beri vitamin dan Saya semprot pakai Respimer.

Hari ke-11: Sabtu, 3 Juli 2021

Alhamdulillah berangsur-angsur membaik. Oiya selama kami isolasi mandiri kami berjemur 3 Kali sehari. Pagi, siang dan sore. Paling lama durasi 20-30 menit. Sambil bermain dengan anak saya.

Vitamin masih Saya konsumsi. Alhamdulillah selama isolasi mandiri nafsu makan suami, anak Saya dan saya normal. Saya memang memaksakan diri saya until makan yang banyak dan bergizi supaya cepat pulih. Anak Saya juga Saya beri makanan yang dia suka. Apapun saya beri ke anak Saya. Rasanya di lidah pahit tapi mulai hari ke-7 Alhamdulillah tidak pahit lagi.

Hari ke-12: Minggu, 4 Juli 2021

Alhamdulillah saya merasa sangat sehat. Suami masih belum bisa merasakan apapun indra penciuman dan perasanya. Saya sudah bisa. Vitamin masih saya konsumsi terutama vitamin D3 dan C.

Hari ke-13: Senin, 5 Juli 2021

Sudah tidak ada keluhan apapun tinggal batuk saja yang dahaknya susah keluar terkadang. Saya masih berjemur tiga kali sekali. Pagi, siang dan sore bersama anak saya dan suami saya. Suami saya belum bisa mencium bau. Saya meminta suami untuk terus berlatih. Karena tiap orang ternyata berbeda untuk anosmia sendiri. Tergantung dengan imunitas. Seperti kemarin teman saya hanya 2 hari ada yang 3 hari. Kuncinya hanya sabar dan berlatih terus.

Hari ke-14: Selasa, 6 Juli 2021

Alhamdulillah masih diberi kesehatan sampai sekarang. Sungguh Allah SWT Maha Menyembuhkan dan Maha Besar. Saya dan keluarga saya diberi kesehatan. Tinggal suami masih belum bisa menggunakan indra penciumannya. Semoga indra penciumannya segera kembali.

Saya berencana swab antigen lagi minggu depannya. Menunggu isoman suami saya yang belum genap 14 hari. Semoga hasilnya sudah negatif lagi. 

***

Ketika keluarga besar tahu jika saya positif mereka menyuruh saya memisahkan anak saya dari saya. Jadi, mereka berencana membawa anak saya supaya tidak tertular. Tapi saya larang karena takutnya malah anak saya membawa virusnya. Mereka menyuruh saya untuk tidak menyusui anak saya dan dilarang berdekatan dengan anak saya. Namun, saya tolak. Karena saya tahu jika dalam ASI terdapat kandungan yang bisa menyembuhkan C-19 dalam anak. Saya juga sudah berkonsultasi dengan dokter lewat aplikasi Halodoc. Dokter bilang tetap disusuin anaknya. Saya percaya Allah SWT memberikan sesuatu itu yang terbaik buat hambanya. ASI adalah obat bagi anak saya.

Namun, jika tidak memungkinkan bisa menggunakan ASIP beku atau sufor. Intinya konsultasikan dulu ke dokter sesuai dengan keluhan. Terus disemprot dengan Respimer jangan lupa untuk menjaga kebersihan hidung anak. Harganya memang sedikit mahal tapi percayalah uang bisa dicari.

Alat-alat kesehatan seperti

  1. Termometer
  2. Oxymeter


Harus selalu ada di rumah. Oxymeter murah atau mahal sama saja. Saya pernah membaca sebuah penelitian yang membahas tentang Oxymeter murah dan mahal sensitivitas yang sama. 

Obat-obatan yang harus ada di rumah adalah paracetamol jika panas anak lebih dari 38 derajat sebaiknya langsung diberi paracetamol. Bisa merek Tempra atau Sanmol. Oiya satu lagi decongestan. Bisa pakai merek Respimer atau Streimer. Terserah. 
Pijat juga bagian perut dan dada anak dengan lembut menggunakan minyak telon atau minyak kayu putih supaya hangat.

***
Jaga selalu kesehatan. Jangan egois. Jika sakit jangan undang-undang teman datang ke tempat kita. Karena kita tidak tahu tiap orang itu punya komorbid atau tidak. Salah-salah malah menyebabkan sesuatu yang fatal. Bijaklah dalam berkata juga. Jangan meremehkan sesuatu.

Regards, 
Ria Dhea




2 komentar:

  1. Baru baca. Uuuughhhh nyebelin bangetttt yaa yg bawa virus!

    BalasHapus
    Balasan
    1. heem benar sekali
      kalau ingat kejadian itu bikin hhhiiihhh

      Hapus