Dear my best friends,
Saya sangat bersyukur bertemu kalian berdua dalam kehidupan saya. Bisa dibilang kalian adalah hadiah dari Tuhan untuk saya. Lingkar pertemanan saya mulai dari TK sampai SMA terbilang sangat terbatas dan jujur sangat sulit membuka diri kepada orang lain. Bahkan adik-adik saya bilang saya ini aneh, malas bersosialisasi, bahkan pergi bersama teman selepas pulang les tidak pernah saya lakukan. Hanya berkutat dengan komik, novel, radio, dan musik.
Sampai saat saya mulai menginjak bangku kuliah, saya meninggalkan semua kesenangan saya komik, novel, radio dan tape. Mulai hidup sebagai mahasiswa di kota baru yang jaraknya 2-3 jam dari kota kelahiran saya. Pertama kali bertemu dengan kalian adalah awal yang sangat menyenangkan. Saya menemukan hobi baru bersama kalian. Sangat bersyukur Tuhan telah mengenalkan kalian melalui ospek jurusan yang sangat amat berat bagi kita kala itu.
Dari ospek jurusan kemudian berlanjut ke aktivitas dalam kelas mengerjakan kelompok, nongkrong bareng walaupun hanya jajan es teh di mall, makan di kosan bareng, mengerjakan tugas akhir bareng, bergosip tentang senior atau dosen killer. Benar-benar momen yang susah terlupakan hingga saat ini.
Dear my friends,
Anehnya kita memiliki kepribadian yang berbeda dan sering sekali bertentangan. FK tukang cari masalah, dan galak, RN super lama dan super rapi (sering merapikan uang dalam dompet saya sesuai urutan), dan saya sendiri tidak mau mengalah dan ambisius. Walaupun, tempat duduk kami pun juga berjauhan ketika dalam kelas tapi anehnya kita sangat dekat. Mungkin yang menyatukan kita salah satunya adalah suka jalan-jalan ke mall 😆. Benar-benar saling melengkapi. Ketika ada yang lalai shalat, pasti sayalah yang suka marah-marah, ketika saya malas mengerjakan tugas kalian yang memaki-maki saya untuk segera mebgerjakan tugas dari bu prof yang galak, ketika RN yang suka molor janjian kita yang suka memaki dia dan tidak pernah meninggalkan dia bahkan di tempat parkir. Benar-benar saling melengkapi.
Ketika kita makan bersama atau sedang bersantai kita selalu membicarakan tentang hari esok.
Tahun 2009,
"Eh kira-kira hari ini dan jam ini kita lagi apa ya?"
"Jangan-jangan sekarang sedang menikmati salju dan mainan es"
"Enak kali ya kalau hujan-hujan gini ada tukang anterin makanan hangat terus kita tinggal pesen lewat hp"
dan percakapan-percakapan tersebut banyak sekali yang terwujud dari keisengan kita bercakap tentang hal yang random.
Dear besties,
Bahkan saat terendah dalam hidup saya, kalian selalu ada untuk saya. Kalian mendoakan ketika saya terkena positif C-19 bersama anak dan suami. Mendengar keluh kesah saya dan berbagi cerita kehidupan. Datang ke masa terindah saya, padahal jarak yang kalian tempuh menuju rumah saya ditempuh dengan belasan jam. Banyak sekali kata yang tidak bisa saya ungkapkan saking bersyukurnya saya. Saat ini saya masih belum bisa menemukan orang-orang disekitar saya sebaik kalian.
Memang benar, rejeki tidak melulu tentang uang. Bertemu dan memiliki kalian dalam kehidupan saya adalah rejeki yang Tuhan berikan kepada saya. Kalau saya dapat memutar waktu ke waktu itu saya akan berterimakasih dan memperlakukan kalian lebih baik dari saat ini. Sungguh ketika saya bercerita kepada suami saya, dia bilang "Kok bisa saya menemukan teman-teman seperti itu. Bikin iri".
Sungguh saat itu adalah masa muda terindah saya. Still young, still gorgeous, still wild.
Dear friends,
Terimakasih telah mengisi hari-hari saya. Semoga persahabatan kita kelak dapat memberikan manfaat.
"Longing for that time and longing for that street isn’t because I miss the younger version of myself. In that place, where we won’t be able to gather like that again, I regret being unable to say my final farewell. To the things that are already gone, to a time that has already passed, I want to say a belated farewell. Goodbye, my youth" -- Reply 1988
Love 💖,
Ria Dhea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar