Senin, 21 Maret 2022

Photocopier-Film Terbaik Indonesia [Mengandung Spoiler!]

Dear bloggers,

source: celebrities

Saya adalah penggemar film berjenis thriller dan fantasi. Kebanyakan yang saya tonton adalah film dari luar dengan tema-tema seperti itu film mereka sangat bagus. Namun, ketika saya melihat film thriller Photocopier atau Penyalin Cahaya sangat amat terkesan dengan tema yang diusung. Kekerasan seksual dan stigma yang masih ada sampai sekarang terhadap korban kekerasan seksual. Bahkan film ini mendapatkan penghargaan di Festival Film Indonesia 2021 yang pernah viral karena salah satu kru terlibat kasus kekerasan seksual yang membuat ia dikeluarkan dari credit oleh rumah produksinya. Tidak perlu pergi ke bioskop untuk menonton film ini. Cukup dengan berlangganan Netflix bisa menikmati film ini.

Recaps film,

Suryani atau yang akrab dipanggil Sur oleh teman-temannya adalah seorang mahasiswa TI di sebuah universitas. Ia adalah salah satu mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari kampusnya. Sur adalah anggota IT komunitas teater di kampusnya.  Suatu hari foto swafoto Sur yang sedang mabuk beredar di kampusnya, yang membuat beasiswanya dicabut karena sudah mencemarkan nama baik kampusnya. Ayahnya marah besar karena beasiswa anaknya dicabut. Ayah Sur adalah tipikal orangtua kolot yang menganggap perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan mengurus anak, suami dan dapur (oh ya dari awal sangat tidak suka dengan karakter ayah Sur). 

Ayah Sur menyuruh ia untuk membayar kuliahnya sendiri dan mengusir Sur dari rumah. Sur yang marah karena ia tidak merasa melakukan swafoto dan mengunggah ke sosial media miliknya pergi dari rumah dan menginap di salah satu kontrakan teman masa kecilnya, Amin. Amin bekerja sebagai tukang fotokopi di kampusnya. Sur dengan tekad bulatnya akan mencari orang yang mengupload foto dirinya ketika mabuk. Sur yakin pelakunya adalah salah satu anggota tim teater.

Tempat kerja Amin adalah salah satu tempat fotokopian dan cetak yang sering dikunjungi mahasiswa terutama tim teater. Sur membajak setiap flashdisk atau hp atau drive yang tertancap atau login di komputer tempat fotokopian tersebut lalu menyalin file yang berada di memori hp, flasdisk, bahkan drivenya. Ia memetakan satupersatu berdasarkan file yang ia dapat. Sehingga, ia menduga kuat Tariq salah satu pengurus tim teater Matahari. Namun, Tariq bersikeras jika ia tidak memberi sesuatu ke minuman Sur dan mengunggah foto dirinya ke media sosialnya. Sur tidak percaya dengan Tariq dan meminta bantuan seniornya Anggun dan Rama untuk berdiskusi dengan Tariq.

Di kamera CCTV ternyata Tariq memang tidak terbukti tidak melakukan apapun kepada Sur. Tapi Sur tidak percaya begitu saja. Sur mengenal salah satu seniornya, Farah yang sebelumnya mengingatkan Sur untuk berhenti dari Matahari. Karena hampir semua anggotanya adalah tukang bully dan tidak benar. Lebih baik Sur fokus saja ke kuliahnya. Dan memang ternyata pelakunya bukan Tariq melainkan ... (tonton sendiri yah hahahaha)

Hasil kerja keras Sur membuah kan hasil. Ia mendapati properti teater Matahari ternyata hasil dari pelecehan korbannya. Salah satunya adalah gambar Milkyway yang digunakan sebagai latar untuk pementasan seni teater Matahari. Ternyata itu adalah gambar tahi lalat milik punggung Sur. Karena saat ia melakukan reka ulang, Sur tidak sengaja dalam keadaan mabuk menggunakan mesin fotokopi lalu memfotokopi punggungnya. Ternyata pola tahi lalat yang ada di punggung Sur sama seperti gambar Milkyway yang digunakan oleh tim Matahari ketika pentas seni. 

Ia melaporkan pihak kampus, namun ternyata informasi yang ia berikan bocor oleh pihak kampus itu sendiri. Orangtua Sur dipanggil terkait tuduhan Sur kepada pelaku dan si pelaku malah didampingi pengacara. Jika orangtua Sur dan Sur tidak meminta maaf karena mencemarkan nama baik si pelaku, maka mereka akan menuntut Sur dan keluraganya. Ayah Sur langsung memohon maaf atas sikap anakknya yang kurang ajar. Sur tentu tidak mau karena merasa ia adalah korban. Ayah Sur marah sekali kepada Sur.

Ibunya mengajak Sur pergi ke sebuah LSM dan percaya Sur tidak mungkin mempermalukan orangtuanya. Ia minta Sur untuk menceritakan di LSM tersebut. Disinilah saya terharu, seorang ibu yang melindungi anaknya dan percaya sampai akhir kepada anaknya. Ceritanya tidak cukup sampai disitu. Sur harus mengumpulkan bukti-bukti bersama seniornya Farah dan Tariq yang ternyata ia juga salah satu korban si pelaku.

***

Well,

Jangan disangka tidak ada orangtua macam ayah Sur sekarang ini. Walaupu di jaman modern seperti tentu saja masih ada banyak sekali. Bahkan ada teman terdekat saya yang bercerita jika di kampungnya masih ada stigma perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya juga merawat suami, anak, dan kerja di dapur. Padahal mereka juga hidup di kota. 

Yang paling bikin emosi adalah tindak kekerasan seksual. Sur meminta perlindungan dari instansi namun pihak instansi kampusnya malah membocorkan informasi tersebut. Ini juga masih terjadi bahkan di kampus besar yang beberapa waktu lalu sempat viral. Tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan para korban kekerasan tersebut. Yang pasti mereka trauma dan belum lagi malu menceritakan hal ini karena menganggap hal ini adalah aib bagi korban. 

Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (2022) kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia yang diketahui adalah 5.060 kasus (itu data real time) belum lagi yang tidak diketahui. Sebanyak 4.670 adalah perempuan dan 795 adalah laki-laki. Tidak membayangkan diantara korban tersebut adalah anak-anak. 

Mengerikan sekali. Memang di Indonesia sendiri adalah negara yang menduduki peringkat ke-dua di ASEAN sebagai negara yang tidak aman untuk perempuan bepergian sendiri (ASEAN Post, 2019). Jujur saat di Eropa saya beberapa kali travelling sendiri, maupun dengan teman perempuan saya lebih merasa aman dibanding saya sendirian di negara kelahiran sendiri. Saya berharap kelak Indonesia seperti negara-negara maju yang ramah wanita dan anak-anak, karena menurut saya di Indonesia sendiri masih belum menjadi prioritas untuk keselamatan wanita dan anak-anak ketika bepergian. Saya yakin Indonesia bisa seperti Singapura yang aman untuk pelancong wanita dan anak-anak.

Film ini membuat mata saya terbuka lebar, bukan kesalahan korban kekerasan seksual. Pelakulah yang harusnya mendapatkan hukuman yang setimpal dan berat. Saya berharap pelaku kekerasa seksual ini mendapatkan hukuman yang berat karena sudah merusak mental. Pentingnya perempuan untuk berpendidikan tinggi. Perempuan yang berpendidikan tinggi adalah kunci mencetak generasi yang unggul, kenapa? Karena ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.

Regards,

Ria Dhea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar